Narrative teks adalah teks yang hanya dapat di temukan dalam bentuk, misalnya dongeng (story), cerita rakyat (folk tale), fable, novel,cerpen, etc.
  • * Communicative Purpose (fungsi/ tujuan dari komunikatif teks)
  •      - fungsi atau tujuan dari narrative adalah untuk menghibur pembaca atau           pendengar dengan cerita khayalan maupun kenyataan dalam bentuk              dongeng (story), cerita rakyat (folk tale), fable, novel,cerpen, etc.
  • * Schematic Structure ( susunan penulisan teks)
                   - Orientation
                   - Complication
                   - Resolution 
  • * Language Features
              - Biasanya diawali dengan kata keterangan waktu:
                      ~Once upon a time
                      ~Once
                      ~One Day
                      ~One afternoon, etc
               - Specific Participant ( Tokoh)
               - Penggunaan Adjective ( Kata Sifat)
               - Menggunakan simple Past Tense
               - Time Conjunction ( penghubung waktu)
               - Action Verbs
               - Direct & Indirect Speech ( kalimat langsung & tidak langsung)

# Contoh Narrative Teks:

Once upon a time there was a girl called Cinderella. She lived with her stepsisters. They were very bossy. They made Cinderella do all the housework.One day an invitation to the ball came to the family. Her stepsisters would not let her go. Cinderella was sad because she wanted to go to the ball too. Her stepsisters went to the ball without her.Fortunately, the fairy Godmother came and helped her to get to the ball. At the ball, Cinderella dance with the prince. The prince fell in love with her then married her. They lived happily ever after.

A candy maker in Indiana wanted to make a candy that would be a witness, so he made the Christmas Candy Cane. He incorporated several symbols for the birth, ministry, and death of Jesus Christ.
He began with a stick of pure white, hard candy. White to symbolize the Virgin Birth and the sinless nature of Jesus, and hard to symbolize the Solid Rock, the foundation of the church, and firmness of the promises of God.
The candy maker made the candy in the form of a "J" to represent the precious name of Jesus, who came to earth as our Savior. It also represents the staff of the "Good Shepherd" with which He reaches down into the ditches of the world to lift out the fallen lambs who, like all sheep, have gone astray.
Thinking that the candy was somewhat plain, the candy maker stained it with red stripes. He used the tree small stripes to show the stripes of the scourging Jesus received by which we are healed. The large red stripe was for the blood shed by Jesus on the Cross so that we could have the promise of eternal life, if only we put our faith and trust in Him. Unfortunately, the candy became known as a Candy Cane - a meaningless decoration seen at Christmas time. But the meaning is still there for those who "have eyes to see and ears to hear".


A beggar found a leather purse that someone had dropped in a market place. Opening it, he discovered that it contained 100 pieces of gold. Then he heard a merchant shouted, "A reward! A reaward to the one who find my leather purse!"

Being an honest man, the beggar came forward and handed the purse to the merchant saying, "Here is your purse. Will you keep your word to give a reward now?"

"Reward?" scoffed the merchant greedily counting the amount of gold. "The purse I dropped had 200 pieces of gold in it. You've already stolen more than the reward I'll give to you.! Go away or I'll tell you to the police."

"I'm an honest man," said the beggar defiantly. "Let's take this matter to the court!" In the court, the judge patiently listened to both sides of the story and said, "I believe you both. Justice is possible! Merchant, you stated that the purse you lost contained 200 pieces of gold. Well, that's a considerable cost. But the purse the beggar found had only 100 pieces of gold. Therefore, it couldn't be the one you lost."

And, with that, the judge gave the purse and all the golds to the beggar.




KELUARGA DAN PERSEMAIAN NILAI DEMOKRASI
Pada kenyataannya bangunan nilai, dalam hal ini nilai demokrasi, tidak bisa begitu saja ada didalam diri individu. Selalu di butuhkan proses internalisasi secara intens agar terwujud karakter individu sebagai perwujudan nilai yang berlaku. Secara konkret nilai dapat dipahami sedemkian rupa hingga melahirkan sikap dan perilaku yang sejajar dengan pemaknaan secara umum. Dalam tuntutan inilah dibutuhkan sarana yang tepat dalam upaya penyemaian konsep-konsep abstrak tersebut dan keluarga menjadi salah satunya.
Tulisan ini, lebih pada sebatas opini, mencoba untuk melihat sisi penting keluarga sebagai sarana penyemaian nilai-nilai demokrasi. Sebagai satu kesatuan dalam pelestarian budaya demokrasi. Sebagai satu pilar dalam penegakkan sistem demokrasi. Ber-DEMOKRASI Demokrasi menuntut hadirnya sikap-sikap toleransi dan egaliter di dalam perwujudannnya. Karena bukan tabiat demokrasi jika yang tumbuh dan bersemi adalah sikap-sikap kesewenag-wenangan, otoriter, memaksa dan mengekang. Namun demikian bukan kemudian ruang kebebasaan, dalam alam demokrasi, hadir tanpa adanya batasan-batasan. Bagaimanapun juga demokrasi tidak serta merta dipahami sebuah kebebasan mutlak tak berbatas. Tidak bisa individu berkehendak seenak perut tanpa berlandas pada kaidah serta norma yang berlaku dan telah membudaya. Disinilah pertemanan antara kaidah-kaidah demokrasi mesti terjalin kuat dengan aturan-aturan lain yang tak kalah penting untuk ditegakkan.
Satu kecenderungan kuat dalam alam demokrasi dewasa ini adalah hadirnya ruangberekspresi, berpendapat maupun bertindak. Terlebih pasca runtuhnya rezim Orba, ruang-ruang ini begitu mendapat apresiasi yang luar biasa. Sebagai tanda keseriusan penegakan amanat reformasi yang memang selayaknya pemberian kesempatan tersebut harus dihargai.
Pelembagaan sikap-sikap demokratis dari sifat yang sangat personal hingga menyentuh sisi keorganisasian semestinya harus terus dilakukan. Dilihat dari sisi individu setiap penduduk dinegeri ini harus belajar menghargai perbedaan tidak semata pada sesuatu yang berlatarbelakang fisik namun juga pada sisi yang bersifat abstrak, seperti : ide, pendapat, pernyataan,dll. Sedang bagi lembaga/keorganisasian lebih pada ketersediaan kesempatan atau ruang partisipasi bagi rakyat untuk turut serta menentukan arah kebijakan bagi kesejahteraan bersama. Semangat keadilan dan penghargaan harus menjadi nilai yang kokoh bagi tumbuh kembangnya iklim demokrasi. Kemajuan sebuah bangsa dan negara akan diperoleh jika tertanam kuat penegakkan kedua nilai tersebut. Dan pelaksanaannya membutuhkan keyakinan dan kepercayaan yang kuat pula. Bayangan negara demokratis tidak akan pernah bercokol didalam alam fikiran sedang kita masih terjajah oleh kerdilnya jiwa karena sulit untuk bisa saling menghargai.
Demokrasi bukankah dihadirkan untuk bisa saling memahami bukan untuk merasa benar sendiri. Bukankah demokrasi hadir untuk bisa saling menghormati bukan untuk merasa hebat sendiri. Memulai Dari Keluarga pembiasaan sikap dan perilaku demokratis harus dimulai dari lingkungan sosial yang paling kecil yakni keluarga. Harus ada perlindungan bagi hadirnya jiwa merdeka bagi setiap anggota keluarga, baik ayah,ibu maupun anak. Keluraga harus mampu menjadi lingkungan pertama yang memilki perhatian bagi penyemaian nilai-nilai demokrasi.
Hadirnya keluarga-keluarga yang berjuang membangun semangat demokratis akan bermanfaat besar bagi suburnya iklim demokrasi didalam tubuh masyarakat. Karena bagaimanapun juga pakem-pakem demokrasi membutuhkan penginternalisasian dengan waktu yang tidak pendek. Sebagaimana hal yang lain demokrasi juga membutuhkan proses untuk memahaminya. Anak yang belajar, dari proses melihat,mendengar, merasa dan melakukan, demokrasi akan menjadikannya sosok individu yang memahami posisi diri dan orang lain ketika berinteraksi. Minim ditemui kekecewaan lantaran pendapat yang berbeda atau sikap yang tak sejalan. Karena lambat laun sianak mulai belajar banyak hal tentang kehidupan politik termasuk pengetahuan praktis tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Peranan keluarga disini juga mempunyai arti penting bagi publik didalam membangun kerangka kehidupan masyarakat pada waktu mendatang.
Melihat perjalanan masa kanak-kanak dengan berbagai pengalaman yang dinilai sederajat, seperti memberikan pendapat terhadap urusan-urusan rumah tangga, menghormati perbedaan pendapat dari anggota lain dan juga memahami penggunaan hak serta kewajiban, dalam masa mendatang akan bermanfaat bagi perwujudan iklim demokrasi yang lebih baik. Pembentukan generasi yang sadar politik dan konsepsi demokrasi akan menjadi modal yang berharga. Didalam keluarga ini pulalah anak-anak belajar tentang konsistensi didalam mengembangkan opini-opini yang mungkin masih didapati hingga mereka dewasa kelak. Nampak jelas bahwa selain sebagai sarana utama didalam pendidikan, ketrampilan dan kemampuan baca-tulis keluarga sangat berperan besar didalam mewariskan budaya serta tradisi yang berkembang, tak terkecuali budaya politik bangsa ini.
Sepantasnya keluarga menjadi tulang punggung bagi hadirnya kualitas demokrasi di negeri ini. Dengan intensitas dan kepekaan antar individu yang tinggi diharapkan keluarga menjadi saran pendidikan politik yang berkualitas. Tidak berlebihan jika kualitas demokrasi ini juga bergantung dari kualitas iklim demokrasi didalam sebuah keluarga. Pertanyaan sederhana, setelah merdeka selama 63 tahun, sudahkah keluarga menjadi satu pilar penting didalam pelestarian nilai dan budaya demokrasi?



Bahaya narkoba sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat. Berbagai kampanye anti narkoba dan penanggulangan terhadap orang-orang yang ingin sembuh dari ketergantungan narkoba semakin banyak didengung-dengungkan.

Sebab, penyalahgunaan narkoba bisa membahayakan bagi keluarga, masyarakat, dan masa depan bangsa.

Bahaya penyalahgunaan narkoba bagi tubuh manusia

Secara umum semua jenis narkoba jika disalahgunakan akan memberikan empat dampak sebagai berikut:
  1. Depresan
    Pemakai akan tertidur atau tidak sadarkan diri.
  2. Halusinogen
    Pemakai akan berhalusinasi (melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada).
  3. Stimulan
    Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa lebih bertenaga untuk sementara waktu. Karena organ tubuh terus dipaksa bekerja di luar batas normal, lama-lama saraf-sarafnya akan rusak dan bisa mengakibatkan kematian.
  4. Adiktif
    Pemakai akan merasa ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan ada pada kondisi kritis (sakaw).



            Reformasi disegala bidang yang di gulirkan tahun 1998 telah memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam segala hal, di antaranya control masyarakat di kekuatan pers baik di media cetak maupun media elektronik. Di  sisi lain kebebasan dan keterbukaan yang bertanggung jawab telah disalah gunakan dengan buka-bukaan. Maka tidak aneh jika tayangan televise dan penampilan media cetak yang mengarah kepada pornografi serta praktek-praktek porno aksi di biarkan begitu saja, sehingga dapat mempengaruhi remaja muda untuk melakukan pergaulan bebas.
            Kata bebas dalam pergaulan seharusnya tidak berarti pelaku negative sebaliknya harus positif, misalnya bebas untuk bergaul atau bertemanbebas dalam mengutarakan suatu pendapat atau ide sehingga timbulnya kreativitas dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Namun yang perlu di waspadai adalah pergaulan yang terlampau bebas  tanpa control yang mengarah kepada perilaku seksual atau biasa disebut pergaulan bebas. Sekarang sudah saatnya semua kalangan remaja mulai menanamkan dan mengganti kata pergaulan bebas yang sering di capkan pada remaja dengan arti negative itu, dengan kata bebas bergaul atau berteman, yang bernilai positif.



UNSUR-UNSUR DALAM DRAMA

A. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Secara Cermat Dalam Menanggapi Sebuah Pementasan Drama
*      Tata panggung
       Sesuaikah tata panggung dengan tema drama tersebut? Misalnya tema dalam keadaan perang tentu saja tata panggung harus bisa menggambarkan hal tersebut.
*      Pemeran
Pemeran sangat mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pertunjukan drama.
*      Kostum
               Kostum akan mendukung pementasan tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai dengan karakter tokoh yang diperankannya.
*      Suara
Suara sngat mempengaruhi kelancaran suatu pementasan.

B. Unsur Intrinsik Drama.
                                       Unsur intrinsik drama adalah unsure yang membanun suatu karya dari dalam.
               Unsur-unsur intrinsik drama sebagai berikut:

*      Latar/setting: tempat dan waktu terjadinya peristiwa,
*      Alur/plot       : dimulai dari tahap penampilan, penyelesaian,dan permasalahan,
*      Penokohan  : -tokoh utama,
 - tokoh sampingan.
*      Dialog          : percakapan antar tokoh.
*      Akting/gaya : gerakan/ perbuatan/ gerak laku yang harus dilakukan oleh             pemain-pemainnya.



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Hama tumbuhan adalah organisme yang menyerang tumbuhan sehingga perkembangan dan pertumbuhannya terganggu.
I.2 Rumusan Masalah
             Hal- hal yang menjadi permasalahan yang akan kami bahas adalah:
*      Bagaimana cara Pengendalian hama dan penyakit yang organik?
*      Bagaimana cara-cara pengendalian non-pestisida yang aman lingkungan?
*       Apa saja hama pada tanaman anturium?
*      Apa saja hama atau penyakit pada tanaman koako dan tekhnik pengendaliannya?
*      Apa sajakah hama pada pohon atau buah jambu mente?
*      Apa saja hama pada tanaman melati?
*      Apa saja hama pada tanaman jarak pagar?


I.3 Batasan Masalah
Agar pembatasan karya tulis ini tidak keluar dari judul yang ada, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:
*      Pengendalian hama dan penyakit organik.
*      Cara-cara pengendalian non-pestisida yang aman lingkungan.
*      Hama pada tanaman anturium.
*      Hama atau penyakit pada tanaman koako dan tekhnik pengendaliannya.
*      Hama pada pohon atau buah jambu mente.
*      Hama pada tanaman melati.
*      Hama pada tanaman jarak pagar.


I.4 Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan penulisan karya tulis ini dengan maksud:
*      Untuk mengetahui apa saja hama-hama yang menyerang pada bebetapa tumbuhan.
*      Untuk mengetahui bagaimana cara mengobati atau mengatasi hama penyakit pada tumbuhan.

I.5 Metode Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah, untuk mengumpulkan bahan yang akan kami bahas menggunakan cara membaca dan menganalisa buku-buku yang berkaitan/berhubungan dengan permasalahan yang akan kami bahas, dan menganalisa dari internet yang berkaitan/berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas.